Dua Manusia

 Terdengar banyak langkah kaki yang tergesah lewat didepanku serta suara alat alat medis yang berbunyi seakan akan memberi tahu pada semua bahwa pasiennya sudah menyerah. Ada yang menangis sesegukan. Ada yang teriak memanggil perawat untuk meminta pertolongan. Bapak sakit demam berdarah. Itu kali pertama aku melihat bapak lemah, bapak yang biasanya cukup keras hari itu hanya bisa berbaring dikasur rumah sakit. Dan mama selalu merawat bapak sebagaimana tugas seorang istri. Aku pulang bersama ibu.
Ibu merawat mama dari sejak baru lahir tentu mama sudah menganggap ibu adalah ibu kandungnya. Mama dilahirkan oleh seseorang perempuan yang tidak bertanggung jawab untungnya ada ibu yang mau merawat mama seperti anaknya sendiri. ibu juga cukup keras kepada mama layaknya cara parenting jaman dahulu mama selalu dipaksa harus selalu mengikuti kemauan ibu. Mama tidak boleh punya pilihan lain selain pilihan ibu. Pemikiran ibu memang cukup kolot tapi mungkin itu caranya menyayangi anaknya. Mama menikah diusia muda dan mama menuruti kemauan ibu. Pada jaman itu memang sudah biasa menikahkan anak setelah ia selesai sekolah atau bahkan putus sekolah demi dinikahkan. Agar tidak buat malu keluarga katanya. 

Malam itu aku tidur dengan ibu baru 5 menit mataku memejam tak lama aku terbangun dan melihat bayangan hitam besar yang mengarah kepadaku seakan akan memakanku ternyata yang dilihat ibu justru aku sedang kejang kejang dan demam. Dulu setiap bapak jatuh sakit, aku pasti jatuh sakit juga. Memang benar ya? anak perempuan itu milik bapaknya. Warna kulitku, bentuk wajahku, caraku berbicara kata mama persis sekali dengan bapak. Aku kehilangan bapak sejak kelas 2 SD dan ternyata itu salah, bapak tidak pernah meninggalkanku. Bapak ada didalam jiwaku. 

Ibu selalu bertanya apakah aku sudah ada pacar atau belum dan aku memilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Tapi ternyata selama ini ibu mengkhawatirkanku sebab selama ini laki laki yang ku kenal selalu tidak bisa memperlakukanku dengan baik. Ibu takut aku kecewa pada laki laki dan memilih sendiri sampai akhir hayat. Tapi nyatanya memang seperti itu. aku menjalani hidupku setengah hati. Bapak tidak ada dalam perjalananku tumbuh menjadi dewasa, itu pula yang membuatku takut akan kehilangan lagi. Tapi tak bisa dipungkiri kita semua memang akan pergi dari dunia ini. Meninggalkan semuanya dan terkubur saja didalam sana. 

Bapak menjatuhkan hatinya pada mama. Hari itu kali pertama mereka bertemu. Bapak selalu overprotektif aku mengerti mungkin itu caranya mengungkapkan rasa sayangnya. Ku buka album foto yang sudah sangat usang disimpan rapih oleh ibu di dalam lemari. Terlihat banyak foto foto mama dan bapak selagi mereka muda banyak senyuman disana dan bapak seperti sangat menyayangi mama dan aku. Ternyata secepat itu hidup seseorang berubah. Jalan yang biasa ku lewati bersama bapak dulu kini ku lewati sendiri tapi memori itu akan terus ada.  

Sampai saat ini ku kira mama tidak pernah membenci bapak, mama hanya kecewa dan kekecewaan itu yang membawa mama pada keputusannya hari itu. Bapak sudah memiliki keluarga baru. Mama pun begitu. Mama seperti sudah berdamai dengan semuanya sekarang semuanya terlihat lebih mudah. Semoga hidup bapak pun begitu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Terengah

Takdir